Arthur
Andersen merupakan firma akuntansi
terbesar di AS dan termasuk dalam The Big Five, sejak Juli 1988. Pada
awalnya perusahaan ini memiliki reputasi yang bagus dalam hal independensi,
integritas, etika dan kepercayaan sebagai firma yang mengaudit perusahaan publik,
seperti Enron, WorldCom, Merck, dan lainnya. Akan tetapi, setelah terkuaknya
skandal-skandal besar membuat firma ini kehilangan kepercayaan publik dan
akhirnya hancur. Skandal-skandal tersebut antara lain :
BFA
Skandal
Baptist Foundation of Arizona (BFA) menjadi kebangkrutan terbesar perusahaan
amal nirlaba dalam sejarah AS, dimana Andersen bertindak sebagai auditornya.
Mereka dianggap menipu investor sebesar $570 juta. Lembaga ini didirikan untuk
menghimpun dana, bekerja seperti bank, membayar bunga deposito yang digunakan
sebagian besar untuk berinvestasi di Arizona real estate. Masalah dimulai
ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan manajemen dituntut untuk
menghasilkan keuntungan. Karenanya, pengurus yayasan diduga menyembunyikan
kerugian dari investor sejak 1986 dengan menjual beberapa properti
dengan harga tinggi kepada entitas-entitas yang telah meminjam uang dari
ayyasan yang tak mungkin membayar properti kecuali kondisi pasar real estate
berbalik. Dalam dokumen pengadilan apa yang disebut dengan “skema Ponzi”
setelah kasus peniupuan yang terkenal, pejabat yayasan diduga mengambil uang
dari investor baru untuk membayar investor yang sudah ada untuk menjaga arus
kas. Sementara itu, pejabat puncak menerima gaji. Skema ini akhirnya terurai,
mengarah pada investigasi kriminal dan tuntutan terhadap BFA dan Andersen.
Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11 mengenai perlindungan kebangkrutan
pada tahun 1999. Gugatan investor terhadap Andersen menuduh perusahaan ini
melakukan pemalsuan dan menyesatkan laporan keuangan BFA. Dalam sebuah
pernyataannya di tahun 2000, Andersen merespon rasa simpatinya kepada BFA
tetapi membela keakuratan dengan opininya tentang audit. Namun setelah dua
tahun penyelidikan, laporan menunjukkan bahwa Andersen sudah diperingatkan
kemungkinan kegiatan penipuan oleh beberapa karyawan BFA, yang akhirnya
perusahaan setuju untuk membayar $217 juta untuk menyelesaikan gugatan dengan
pemegang saham pada taun 2002.
Sunbeam
Masalah
Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang membuat kesalahan
serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan class action dari
investor Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC
menuduh Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melaului strategi penipuan
akuntansi, seperti pendapatan “cookie jar”, recording revenue on contingent
sales, dan mempercepat penjualan dari periode selanjutnya ke kuartal masa kini.
Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang tidak benar melakukan transaksi
“bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari pengiriman
sebenarnya dan tagihannya. Akibatnya, Sunbeam dipaksa menyatakan kembali
laporan keuangan selama enam kuartal. SEC juga menuduh Arthur Andersen. Pada
2001, Sunbeam mengajukan petisi kepada Pengadilan kepailitan AS Distrik Selatan
New York dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan kebangkrutan. Agustus 2002,
pengadilan memutuskan pembayaran sebesar $141 juta. Andersen setuju membayar $110
juta untuk menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan dan tanggung jawab.
Sunbeam mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan kehilangan
ribuan karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.
Waste Management
Andersen
juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang dipertanyakan mengenai
pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste Management. Gugatan
diajukan oleh SEC atas penipuan laporan keuangan selama lebih dari lima tahun. Menurut
SEC, Waste Management membayar jasa audit kepada Andersen, yang menyarankan
bahwa bisa memperoleh biaya tambahan melalui “tugas khusus”. Awalnya Andersen
mengidentifikasi praktek-praktek akuntansi yang tidak tepat dan disajikan
kepada Waste Management. Namun pimpinan Waste Management menolak mengkoreksi.
Hal ini dilihat oleh SEC sebagai upaya menutupi penipuan masa lalu untuk
melakukan penipuan masa depan. Hasilnya, Andersen harus membayar $220 juta ke
pemegang saham Waste Management dan $7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk
melakukan perjanjian untuk tidak melakukan laporan palsu di masa mendatang atau
izin usahanya akan dicabut – suatu persetujuan yang kemudian memutuskan
hubungannya dengan Enron.
Enron
Bulan
Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi Enron, salah satu klien
terbesar Andersen. Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80 persen perusahaan
minyak dan gas menjadi kliennya. Namun, pada November 2001 harus mengalami
kerugian sebesar $586 juta. Dalam sebulan, Enron bangkrut. Departemen Kehakiman
AS menmulai melakukan penyelidikan kriminal pada 2002 yang mendorong Andersen
dan kliennya runtuh. Perusahaan audit akhirnya mengakui telah menghancurkan
dokumen yang berkaitan dengan audit Enron yang menghambat putusan. Atas kasus
itu, Nancy Temple, pengacara Andersen meminta perlindungan Amandemen Kelima
yang dengan demikian tidak memiliki saksi. Banyak pihak yang menamainya sebagai
“bujukan koruptif” yang menyesatkan. Dia menginstruksikan David Duncan,
supervisor Andersen dalam pengawasan rekening Enron, untuk menghapus namanya dari
memo yang bisa memberatkannya. Pada Juni 2005, pengadilan memutuskan Andersen
bersalah menghambat peradilan, menjadikannya perusahaan akuntan pertama yang
dipidana. Perusahaan setuju untuk menghentikan auditing publik pada 31
Agustus 2002, yang pada prinsipnya mematikan bisnisnya.
WorlCom
Tuduhan
penipuan tidak berakhir pada kasus Enron. Berita segera muncul ketika WorldCom,
klien terbesar Andersen, memiliki penyimpangan sebesar $3,9 miliar. Harga
sahamnya kemudian jatuh dan investor melayangkan serangkaian tuntutan hukum
yang mengirim WorldCOm ke Pengadilan Kepailitan. Andersen menyalahkan WorldCom
dan bersikeras bahwa penyimpangan tidak pernah diungkapkan kepada auditor dan
bahwa ia telah memenuhi standar SEC dalam auditnya. WorldCOm balik menuduh
Andersen karena gagal menemukan penyimpangan yang ada. Selama kasus Enron dan
WorldCOm berlanjut, banyak perusahaan-perusahaan lainnya dituduh melakukan
penyimpangan akuntansi.
Dari skandal di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab
hancurnya Arthur Andersen adalah :
- Adanya
pelanggaran terhadap norma etika corporate governance dan corporate
responsibility akibat perilaku manajemen yang tidak sehat yang merupakan
pelanggaran terhadap kepercayaan perusahaan.
- Adanya
pemalsuan informasi. Seperti dalam kasus Enron, Arthur Andersen dan Enron
sama-sama mengetahui bahwa praktek akuntansi dan bisnis tersebut tidak
sehat. Akan tetapi Andersen tidak mau menyebutkan apa yang sebenarnya
terjadi dan Enron masih tetap dipertahankan dengan berbagai manipulasi
keuangan.
- Tidak
hanya melakukan manipulasi laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan
tindakan yang tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan menghancurkan
dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen
telah sengaja memusnahkan dokumen sejak kasus Enron mulai terkuak sampai
adanya panggilan dari pengadilan. Pemusnahan dokumen ini dianggap
melanggar hukum dan menyebabkan hilangnya kepercayaan atas profesionalitas
Andersen, meskipun tindakan tersebut berdasarkan kebijakan internal
Andersen.
Bukti bahwa budaya perusahaan Andersen berkontribusi
terhadap kejatuhan perusahaan
Ada
beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan berkontribusi terhadap
kejatuhan perusahaan, diantaranya:
- Pertumbuhan
perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran dan
mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit
dikorbankan.
- Standar-standar
profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-perusahaan
lainnya luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang lebih besar.
- Perusahaan
terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan
perubahan mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap lebih
memprioritaskan mendapatkan bisnis konsultasi yang memiliki pertumbuhan
keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding menyediakan layanan auditing
yang obyektif yang merupakan dasar dari awal mula berdirinya Kantor
Akuntan Publik Arthur Andersen. Pada akhirnya ini menggiring pada
kehancuran perusahaan.
- Andersen
menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check
and balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari
kebijakan semula.
- Sikap
Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron
mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen,
tetapi kasus ini dianggap melanggar hokum dan menyebabkan kredibilitas
Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan
hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup.
Referensi :
temennya Tira Septtyarini ya?
BalasHapus